TUGAS MATA
KULIAH: STUDI AL-HADIST
KRITERIA KEHUJAHAN HADIST DAN INGKAR SUNAH
DOSEN PENGAMPUH : PROF. Dr. H. SULAIMAN ABDULLAH
DISUSUN OLEH : TURSIMAN, SE
IAIN SULTAN THAHA JAMBI
PROGRAM PASCA
SARJANA FILSAFAT ISLAM
SEMESTER I TA. 2012
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya semoga kita semua dalam
keadaan sehat walafiat tak kurang suatu apa dan sukses dalam aktifitas sehari
harinya, amin.
Makalah
ini dapat tersusun untuk memenuhi materi kuliah dan tugas mata kuliah Studi
Al-Hadist yang di berikan oleh Prof. Dr. H. Sulaiman Abdullah.
Tersusunya
makalah ini, bagi penulis merupakan suatu kepuasan tersendiri, karena dengan
tersusunya makalah ini penulis menjadi giat membaca dan belajar sekuat tenaga
maupun fikiran untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam, khususnya dalam
memahami persoalan Hadist yang saat ini begitu banyaknya hadist dhoif yang
berkembang di tengah tengah Masyarakat kita. Dengan memahami kriteria hadist
melalui berbagai sumber maka diharapkan kita khususnya penulis dapat mengambil
hikmah dan menjalankan amalan amalan yang benar benar hadist Nabi Muhammad SAW.
Penulis
menyadari bahwa uraian makalah ini masih jauh dari harapan dan penulis berharap
adanya koreksi dan penilaian dari Bapak Prof. Dr. H. Sulaiman Abdullah, selaku
Dosen dan berharap mendapatkan nilai yang terbaik, amin.
Penyusun,
Tursiman,SE
BAB. I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hadist
Nabi Muhammad SAW adalah merupakan panduan dalam beribadah bagi umat Islam
dimuka bumi, sebagai perbuatan Nabi besar Muhammad, SAW pada masa hidupnya yang
saat ini harus kita contoh dalam melakukan ibadah sehari hari dengan Al qur’an
sebagai wahyu Allah SWT.
Ketika
umat bertanya dan dalam
perbedaan pendapat, maka Rasulullah meninggalkan dua wasiat, yaitu Al qurán dan
al hadist, maka begitu pentingnya dasar hukum itu menjadi pedoman, dan
sejauhmana kita memahaminya, menjadi tolak ukur pula sejauh mana kita mencapai
ketinggiannya. Alqur’an s. ali imron ayat
32, yang artinya Katakanlah:
"Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
Dan Allah berfirman pada Q.s.4 ayat 14 berbunyi; Dan
barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya,
niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya;
dan baginya siksa yang menghinakan.
Maka dengan dibuatnya makalah ini yang berjudul “ KRITERIA KEHUJAHAN
HADIST “ maka akan menambah khasanah untuk beribadah dan mencintai rasulnya,
amin.
BAB. II
PEMBAHASAN
B. Kehujahan Hadis Shahih
Hadis yang telah memenuhi persyaratan hadis shahih wajib
diamalkan sebagai hujah atau dalil syara’ sesuai ijma’ para uluma
hadis dan sebagian ulama ushul dan fikih. Kesepakatan ini terjadi dalam
soal-soal yang berkaitan dengan penetapan halal atau haramnya sesuatu, tidak
dalam hal-hal yang berhubungan dengan aqidah.
Sebagian besar ulama menetapkan dengan dalil-dalil qat’i,
yaitu al-Quran dan hadis mutawatir. oleh karena itu, hadis ahad tidak dapat
dijadikan hujjah untuk menetapkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
aqidah.
C. Tingkatan Hadis Shahih
Perlu diketahui bahwa martabat hadis shahih itu tergantung
tinggi dan rendahnya kepada ke-dhabit-an dan keadilan para perowinya.
Berdasarkan martabat seperti ini, para muhadisin membagi tingkatan sanad
menjadi tiga yaitu:
Pertama,
ashah al-asanid yaitu rangkaian sanad yang paling tinggi derajatnya.
seperti periwayatan sanad dari Imam Malik bin Anas dari Nafi’ mawla (mawla =
budak yang telah dimerdekakan) dari Ibnu Umar.
Kedua, ahsan al-asanid, yaitu rangkaian sanad hadis
yang tingkatannya dibawah tingkat pertama diatas. Seperti periwayatan sanad
dari Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas.
Ketiga. ad’af al-asanid, yaitu rangkaian sanad hadis
yang tingkatannya lebih rendah dari tingkatan kedua. seperti periwayatan Suhail
bin Abu Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah.
Dari
segi persyaratan shahih yang terpenuhi dapat dibagi menjadi tujuh tingkatan,
yang secara berurutan sebagai berikut:
1.
Hadis yang disepakati oleh bukhari dan muslim (muttafaq
‘alaih),
2.
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori saja
3.
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim saja
4.
Hadis yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan
AL-Bukhari dan Muslim,
5.
Hadis yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan
Al-Bukhari saja
6.
Hadis yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan Muslim
saja
7.
Hadis yang dinilai shahih menurut ilama hadis selain
Al-Bukhari dan Muslim dan tidak mengikuti persyratan keduanya,
seperti Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan lain-lain.
Kitab-kitab
hadis yang menghimpun hadis shahih secara berurutan sebagai berikut:
1. Shahih Al-Bukhari (w.250
H).
2. Shahih Muslim (w. 261 H).
3. Shahih Ibnu Khuzaimah (w.
311 H).
4. Shahih Ibnu Hiban (w. 354
H).
5. Mustadrok Al-hakim (w.
405).
6. Shahih Ibn As-Sakan.
7. Shahih Al-Abani.
D. Hadist Hasan
a. Pengertian Hadis Hasan
Secara bahasa, hasan berarti al-jamal, yaitu indah.
Hasan juga dapat juga berarti sesuatu sesuatu yang disenangi dan dicondongi
oleh nafsu. Sedangkan para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan hadis
hasan karena melihat bahwa ia merupakan pertengahan antara hadis shahih dan
hadis dha’if, dan juga karena sebagian ulama mendefinisikan sebagai
salah satu bagiannya. Sebagian dari definisinya yaitu:
1.
definisi al- Chatabi: adalah hadis yang diketahui tempat
keluarnya, dan telah mashur rawi-rawi sanadnya, dan kepadanya tempat berputar
kebanyakan hadis, dan yang diterima kebanyakan ulama, dan yang dipakai oleh
umumnya fukoha
2.
definisi Tirmidzi: yaitu semua hadis yang diriwayatkan,
dimana dalam sanadnya tidak ada yang dituduh berdusta, serta tidak ada syadz
(kejangalan), dan diriwayatkan dari selain jalan seperti demikian, maka dia
menurut kami adalah hadis hasan.
3.
definisi Ibnu Hajar: beliau berkata, adalah hadis hasan yang
diriwayatkan oleh yang adil, sempurna ke-dhabit-annya, bersambung
sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz (janggal) maka dia adalah hadis
shahih li-dzatihi, lalu jika ringan ke-dhabit-annya maka dia
adalah hadis hasan li dszatihi.
Kriteria hadis hasan sama dengan
kriteria hadis shahih. Perbedaannya hanya terletak pada sisi ke-dhabit-annya.
yaitu hadis shahih lebih sempurna ke-dhabit-annya dibandingkan dengan
hadis hasan. Tetapi jika dibandingkan dengan ke-dhabit-an perawi
hadis dha’if tentu belum seimbang, ke-dhabit-an perawi hadis hasan
lebih unggul.
b. Kehujahan
Hadis Hasan
Hadis hasan sebagai mana halnya
hadis shahih, meskipun derajatnya dibawah hadis shahih, adalah hadis yang dapat
diterima dan dipergunakan sebagai dalil atau hujjah dalam menetapkan suatu
hukum atau dalam beramal. Paraulama hadis, ulama ushul fiqih, dan fuqaha
sepakat tentang kehujjahan hadis hasan.
E. Hadist Dhaif
a. Definisi
Hadist Dhaif
Pengertian
hadits dhaif Secara bahasa, hadits dhaif berarti hadits yang lemah. Para ulama
memiliki dugaan kecil bahwa hadits tersebut berasal dari Rasulullah SAW. Dugaan
kuat mereka hadits tersebut tidak berasal dari Rasulullah SAW. Adapun para
ulama memberikan batasan bagi hadits dhaif sebagai berikut : “ Hadits dhaif
ialah hadits yang tidak memuat / menghimpun sifat-sifat hadits shahih, dan
tidak pula menghimpun sifat-sifat hadits hasan”.
b. Macam-macam hadits dhaif
Hadist dhaif dapat dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu : hadits dhaif karena gugurnya rawi dalam sanadnya,
dan hadits dhaif karena adanya cacat pada rawi atau matan.
1. Hadits dhaif karena gugurnya rawi
Yang
dimaksud dengan gugurnya rawi adalah tidak adanya satu atau beberapa rawi, yang
seharusnya ada dalam suatu sanad, baik pada permulaan sanad, maupun pada pertengahan
atau akhirnya. Ada beberapa nama bagi hadits dhaif yang disebabkan karena
gugurnya rawi, antara lain yaitu :
2. Hadits Mursal
Hadits mursal menurut bahasa,
berarti hadits yang terlepas. Para ulama memberikan batasan bahwa hadits mursal
adalah hadits yang gugur rawinya di akhir sanad. Yang dimaksud dengan rawi di
akhir sanad ialah rawi pada tingkatan sahabat yang merupakan orang pertama yang
meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW. (penentuan awal dan akhir sanad adalah
dengan melihat dari rawi yang terdekat dengan imam yang membukukan hadits,
seperti Bukhari, sampai kepada rawi yang terdekat dengan Rasulullah). Jadi,
hadits mursal adalah hadits yang dalam sanadnya tidak menyebutkan sahabat Nabi,
sebagai rawi yang seharusnya menerima langsung dari Rasulullah.
Contoh
hadits mursal :
Artinya
:
Rasulullah
bersabda, “ Antara kita dan kaum munafik munafik (ada batas), yaitu menghadiri
jama’ah isya dan subuh mereka tidak sanggup menghadirinya”.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh
Imam Malik, dari Abdurrahman, dari Harmalah, dan selanjutnya dari Sa’id bin
Mustayyab. Siapa sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits itu kepada Sa’id bin
Mustayyab, tidaklah disebutkan dalam sanad hadits di atas.
Kebanyakan Ulama memandang hadits
mursal ini sebagai hadits dhaif, karena itu tidak bisa diterima sebagai hujjah
atau landasan dalam beramal. Namun, sebagian kecil ulama termasuk Abu Hanifah,
Malik bin Anas, dan Ahmad bin Hanbal, dapat menerima hadits mursal menjadi
hujjah asalkan para rawi bersifat adil.
3. Hadits Munqathi’
Hadits munqathi’ menurut etimologi
ialah hadits yang terputus. Para ulama memberi batasan bahwa hadits munqathi’
adalah hadits yang gugur satu atau dua orang rawi tanpa beriringan menjelang
akhir sanadnya. Bila rawi di akhir sanad adalah sahabat Nabi, maka rawi menjelang
akhir sanad adalah tabi’in. Jadi, pada hadits munqathi’ bukanlah rawi di
tingkat sahabat yang gugur, tetapi minimal gugur seorang tabi’in. Bila dua rawi
yang gugur, maka kedua rawi tersebut tidak beriringan, dan salah satu dari dua
rawi yang gugur itu adalah tabi’in.
F.
Ingkar Sunah
Yang
dimaksud ingkar sunah adalah seoarang atau kelompok islam yang hanya memegang
pedoman hanya pada Alqur an saja, sedangkan sunah tidak dipakai bahkan
menganggap bahwa sunah itu tidak dibutuhkan dalam beribadah.
Syaikh Abdul Wahhab bin Abdul Jabbar ad-Dahlawi rohimahulloh berkata:
“Musibah yang menimpa kaum muslimin pada zaman sekarang ialah tersebarnya
kelompok yang berpegang hanya kepada al-Quran dan menolak hadits Nabi
shollallohu alaihi wa sallam yang mutawatir. Musibah ini melanda negeri-negeri
Islam, khususnya India. Mereka mempunyai organisasi yang menamakan dirinya
“Ahlu al-Qur’an”. Mereka sebarkan pemahaman ini lewat tulisan, brosur, dan
majalah India. Akan tetapi, mereka telah dibantah oleh para ulama India,
seperti Syaikh as-Sayid Sulaiman an-Nadawi rohimahullohTahqiq . (lihat Tahqiq
Ma’na as-Sunnah oleh an-Nadawi: 24).
Betapa banyak ayat al-Qur’an yang butuh penjelasan dari as-Sunnah,
seperti ayat sholat, zakat, dan lainnya. Ayat di atas (QS. an-Nahl [16]: 44)
menjadi rujukan kami untuk menjelaskan betapa pentingnya kita berpegang kepada
as-Sunnah. Mustahil kita bisa mengamalkan al-Qur’an tanpa keterangan dari
sunnah Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam.
Aisyah rodhiyallohu anha berkata: ‘Barangsiapa menuduh bahwa Muhammad
shollallohu alaihi wa sallam menyimpan sedikit saja dari ayat Alloh, sungguh
orang (penuduh) ini paling besarnya dustanya di sisi Alloh’ (HR. Muslim 1/159)
Beliau Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam menjelaskan makna
lafazh dan makna secara umum atau menerangkan makna ayat yang menjadi kebutuhan
umatnya. Terutama apabila ayat itu bersifat global, umum, atau mutlak, maka
as-Sunnah menerangkan yang masih global, mengkhususkan yang umum, dan
mentaqyid yang mutlak, baik lewat perkataan, perbuatan, atau ketetapan beliau
tatkala melihat sahabatnya berbuat.” (Manzilatus Sunnah fil Islam oleh
al-Albani: 4)
Syaikh
Sulaiman an-Nadawi rohimahulloh berkata: “Berdasarkan ayat ini, apabila para
sahabat tidak memahami suatu ayat, mereka segera merujuk maknanya kepada
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam. Apabila ada suatu peristiwa, mereka menyampaikan
kepada Nabi shollallohu alaihi wa sallamshollallohu alaihi wa sallam
menjelaskan puasanya tetap sah, karena orang lupa dan keliru tidak dihukum
sebagaimana disebutkan di dalam surat al-Ahzab [33]: 5.” (Tahqiq Ma’na
as-Sunnah wa Bayanul Hajati Ilaiha oleh Sulaiman an-Nadawi: 29-30 ta’liq wa
tahrij al-Albani dkk.) untuk mendapatkan penjelasan dan pelajaran yang belum
didapatkan sebelumnya. Misalnya puasa, al-Qur’an tidak menjelaskan hukum orang
berpuasa apabila dia lupa makan dan minum Barangsiapa mengingkari as-Sunnah
berarti mengingkari persaksiannya “Muhammad adalah utusan Alloh”. Mengapa?
Karena makna syahadat yang kedua ini adalah bersaksi untuk menyanggupi
beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala dengan cara yang dicontohkan oleh
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam. Juga karena beliau adalah suri teladan
yang baik dalam semua urusan. (Lihat QS. al-Ahzab [33]: 21)
a.
Penyebab Ingkar Sunnah
Orang mengingkari as-Sunnah tentunya memiliki sebab
dan tujuan. Inilah di antaranya:
1.
Membenci Rosululloh shollallohu
alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi dan rosul. Ini berawal dari kelompok
Yahudi yang tidak senang kepada Nabi shollallohu alaihi wa sallam.
2.
Agar manusia bebas berpikir dan
berbuat menuruti hawa nafsunya, tidak terikat dengan ketentuan as-Sunnah.
3.
Karena kebodohannya, tidak mau
menuntut ilmu kepada ahlinya.
4.
Memusuhi Islam dengan cara yang
halus lewat mulut mereka. Mustahil mereka membela Islam kalau membenci
as-Sunnah.
5.
Memecah belah persatuan dan kekuatan
kaum muslimin. Apabila al-Qur’an ditafsirkan dengan as-Sunnah dan pemahaman
sahabat rodhiyallohu anhum kaum muslimin menjadi kuat dan bersatu.
6.
Memberi peluang musuh Islam agar
bisa bersikap keras kepada kaum muslimin. Sebaliknya, mereka menjadikan umat
Islam bersikap .lembut terhadap pemeluk agama lain, bersabar, dan suka
memaaf-kan bila Yahudi atau Nasrani bersalah kepada kaum muslimin.
7.
Imam Ahmad berkata: “Barangsiapa
menolak hadits Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam maka dia di ambang pintu
kehancuran.”
b. Sikap Ulama Terhadap “Ingkar Sunnah”
1. Dilarang
bergaul dan mengambil ilmu mereka Ibnu Mas’ud
rodhiyallohu anhu berkata: ”Kalian akan menjumpai suatu kaum, mereka mengaku
mengajak kamu kepada kitab Alloh, padahal mereka membuang al-Qur’an ke balik
punggung mereka. Maka kalian wajib berpegang kepada ilmu, jauhkan dirimu dari
perkara bid’ah, jauhkan dirimu dari mendalami perkara (berlebihan) , dan kamu
wajib berpegang kepada Sunnah.” (Sunan ad-Darimi 1/66)
Umar bin
Khoththob rodhiyallohu anhu berkata: “Janganlah kamu bergaul dengan orang yang
mengandalkan pendapatnya. Sesungguhnya mereka musuh Sunnah. Mereka menolak
hadits yang mereka hafal, (lantas) berpegang kepada pendapatnya. Mereka sesat
dan menyesatkan (lihat al-Lalikai 1/123)
2.
Wajib mendakwahi mereka agar kembali
kepada Sunnah dan menjelaskan bahayanya sesuai dengan keterangan di atas Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma berkata: “Hampir saja diturunkan kepada
kalian hujan batu dari langit, (ketika) saya berkata ‘Rosululloh shollallohu
alaihi wa sallam bersabda’ sedangkan kamu (membantah) berkata ‘Abu Bakar dan
Umar berkata demikian’.” (Syarh Kitab Tauhid 1/482)
3.
Mereka penyesat umat, Abu Qilabah rohimahulloh berkata: “Jika kamu menyampaikan as-Sunnah kepada
seseorang lalu dia berkata ‘Tinggalkan as-Sunnah, mana dalil al-Qur’an?’
Ketahuilah, dia sesat”. (Thobaqot Ibnu Sa’ad 7/I84)
4. Mereka itu Abu Jahal pada zaman
sekarang. Imam
adz-Dzahabi rohimahulloh berkata: “Apabila kamu melihat ahli kalam dan orang
ahli bid’ah berkata ‘Tinggalkan al-Qur’an dan hadits ahad, bawakan akal’.
Ketahuilah, dia Abu Jahal…” (Siyar A’lamin Nubala’ 4/472)
5. Mereka di ambang pintu kehancuran, Imam Ahmad rohimahulloh berkata: “Barangsiapa menolak hadits Rosululloh
shollallohu alaihi wa sallam maka dia di ambang pintu kehancuran.” (Thobaqotul
Hanabilah 2/15, al-Ibanah 1/260)
6. Mereka penyembah hawa nafsu, Imam al-Barbahari rohimahulloh berkata: “Jika kamu mendengar seseorang
mencela atsar atau menolak atsar atau ingin selain atsar, curigailah
keislamannya. Tidak diragukan, dialah penyembah hawa nafsu, ahli bid’ah.”
(Syarhus Sunnah: 51)
Abul Qosim
al-Ashbahani rohimahulloh berkata: “Ahli Sunnah dari ulama salaf berkata:
‘Apabila ada orang yang mencela atsar maka harus dicurigai keislamannya”
(al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah 2/428)
6. Tidak diajak
bicara, bila hal itu ada maslahatnya.
Ibnu Sirin rohimahulloh pernah menceritakan hadits
Nabi shollallohu alaihi wa sallam kepada seseorang, lalu orang itu berkata:
“Akan tetapi, fulan berkata demikian demikian.” Lalu Ibnu Sirin rohimahulloh
menjawab: “Aku menceritakan hadits dari Nabi shollallohu alaihi wa sallam
lantas kamu berkata ‘Fulan bicara demikian’, tak perlu saya bicara denganmu
selamanya.” (Sunan ad-Darimi: 442)
Umar bin
Khoththob rodhiyallohu anhu tidak mengajak bicara anaknya yang bernama Bilal
ketika melarang wanita masuk masjid padahal Rosululloh shollallohu alaihi wa
sallam membolehkannya (lihat Shohih Muslim: 672).
Jika menolak
satu hadits saja disikapi demikian, bagaimanakah terhadap pengingkarnya.
8. Boleh
dicurigai keislamannya.
Imam
Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahulloh berkata: “Barangsiapa membenci sebagian
dari apa yang didatangkan oleh Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam
walaupun dia mengamalkan, maka dia kafir.” Lalu beliau menukil QS. Muhammad
[47]: 9 (lihat Nawaqidhul Islam).
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut ;
Adanya
Hadist Shohih, Hasan dan Dhaib yang diriwayatkan oleh para perawinya sesuai
dengan tingkat ketinggian dan keadilan para perawi itu sendiri, selanjutnya
masih banyak ditengah masyarakat muslim adanya sekelompok yang mengatasnamakan
ahlil Qur’an yaitu para kaum muslimin yang hanya menganut dan mempercayai kitab
suci Al Qur’an asaja tapt tidak merujuk pada Hadist Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy, Hasbi, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadist, Bulan Bintang, Jakarta, 1954
Hajar al-Asqalani, Ibnu, Fathul
Bari Syarah Shahih al-Bukhari, Pustaka Imam Asy Syafi’I, Yogyakarta, 2001
Sabiq, Ahmad, Hadist Lemah dan
Palsu yang Populer di Indonesia, Pustaka Al-Fur’qon, Jawa Timur, 2001
Departemen Agama, Terjemahan
Al-Qura’an, Toha Putra, Jakarta, 2010
www.google. Com, Pemikiran Ulama Tentang
Hadist, diunduh pada tanggal 27 September 2012
Terimakasih admin..
BalasHapusterimakasih banyak pak admin. ijin save ya
BalasHapusPokerStars - online casino, poker - KADG PINTAR
BalasHapusPokerStars. You can 메리트카지노총판 play poker online with the full range of poker tournaments online for worrione free without kadangpintar download.